Inspiring Women Leadership Di Era Generasi Milenial - GORESAN PENA REZKY

sang pemimpi

Home Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

15 Desember, 2018

Inspiring Women Leadership Di Era Generasi Milenial


Inspiring Women Leadership Di Era Generasi Milenial







Kepemimpinan perempuan merupakan persoalan yang masih banyak perdebatan sampai saat ini. Sebagian besar masyarakat memandang bahwa seorang perempuan yang menjadi pemimpin tidak layak karena mendahului kaum laki-laki, dan dilain pihak juga banyak yang juga menentang karena permasalahan gender. Masyarakat juga banyak yang mendengar wacana yang terdapat dalam Al-Qur’an bahwa laki-laki adalah pemimpin perempuan. banyak yang beanggapan bahwa seorang perempuan hanya mempunyai wewenang untuk menjadi seorang istri dan mendidik anak-anaknya dirumah. Budaya patriarki menganggap seorang perempuan sangat lemah, tidak bermanfaat dan doktrin ini yang membelenggu sampai saat ini. Persoalan kepemimpinan adalah persoalan yang sangat penting dan strategis, karena sangat menentukan sebuah keluarga, masyarakat, dan bangsa. Keterlibatan perempuan dalam politik dan  rana publik bukanlah dimaksudkan untuk menjatuhkan, menurunkan, atau merebut kekuasaan dari laki-laki, melainkan dimaksudkan agar bisa menjadi mitra sejajar laki-laki.

Namun, saat ini adanya kesalahan berfikir yang di alami oleh masyarakat terhadap pemahamannya mengenai gender. Kebanyakan masyarakat berpendapat bahwa laki-laki harus bekerja dirana Publik sedangkan perempuan harus bekerja pada rana Domestik. Penafsiran yang diberikan masayarakat terhadap perempuan inilah yang menghambat seorang perempuan menjadi pemimpim dan mebatasai ruang gerak perempuan pada rana publik. Dalam pandangan tradisional, perempuan diidentikkan dengan sosok yang lemah, halus dan emosional. Sementara laki-laki digambarkan sebagai sosok yang gagah,  berani dan rasional. Pandangan ini telah memposisikan perempuan sebagai makhluk yang seolah-olah harus dilindungi dan senantiasa bergantung pada kaum laki-laki.

Penyebab rendahnya partisipasi perempuan dalam pembangunan dan cenderung menempati posisi terbelakang adalah sebagai berikut : 1) Adanya dikotomi maskulin/feminin peranan manusia sebagai akibat dari determinasi biologis seringkali mengakibatkan proses marginalisasi perempuan; 2) Adanya dikotomi peran publik/peran domestik yang berakar dari sindroma bahwa “peran perempuan adalah di rumah” pada gilirannya melestarikan pembagian antara fungsi produktif dan fungsi reproduktif antara laki-laki dan perempuan; 3) Adanya konsep “beban kerja ganda” yang melestarikan wawasan bahwa tugas perempuan terutama adalah di rumah sebagai ibu rumah tangga, cenderung mengalami proses aktualisasi potensi perempuan secara utuh; 4) Adanya sindroma subordinasi dan peran marginal perempuan telah melestarikan wawasan bahwa peran dan fungsi perempuan dalam masyarakat adalah bersifat sekunder. beberapa orang  memiliki pandangan bahwa perempuan lebih cocok dengan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga dibanding laki-laki, atau pandangan bahwa perempuan lebih menggunakan perasaannya dari pada rasional, sehingga perempuan tidak cocok dengan bidang-bidang pekerjaan yang keras dan rasional termasuk bidang politik yang dianggap hanya cocok dengan laki-laki. Ini merupakan gambaran mengenai adanya diskriminasi klasik terhadap perempuan. Beberapa pendapat inilah yang membatasi gerak perempuan dalam berkarir dirana publik. Sehingga perempuan hanya terkungkung dengan stikma-stikma yang ditujukan kepadanya. Seiring dengan perkembangan zaman semakin canggih dan semua telah berbasis teknologi. Kini paradigma masyarakat  dalam memahami gender haruslah diluruskan. Zaman sekarang adalah zaman globalisasi dan dikenal dengan generasi milenial. Generasi milenial atau Y lebih cair dalam memahami konsep gender dibandingkan generasi X yang lahir 1965-1980. Generasi milenial atau generasi Y memandang bahwa gender tak lagi dipandang sebagai sesuatu yang berat sebelah. Selain berubah menjadi ekspresi diri yang pantas untuk dihormati, gender bukan lagi dipandang sebagai tembok penghalang bagi seseorang untuk mencapai suatu tujuan dalam hidup, utamanya karier.

Perempuan milenial, dalam pengantar sebuah riset Pew Research Center, rata-rata menikmati pendidikan yang lebih baik ketimbang ibu atau neneknya. Generasi milenial adalah generasi yang paling terdidik. Pew research mencatat bahwa 60 persen perempuan milenial tak sepakat bahwa laki-laki mendapat gaji yang lebih besar dalam jenis pekerjaan yang sama. Sebanyak 75 persen beranggapan bahwa perlu perubahan-perubahan di tempat kerja agar lebih setara.  Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat gaji perempuan dan laki-laki yang cukup timpang. Menurut data global gender Gap Report yang disusun World Economic Forum, Indonesia berada di peringkat 51 dari 141 negara yang dikaji. Selisih gaji berdasarkan gender di Indonesia sampai angka 0,68. Artinya perempuan cuma digaji 68 persen dari gaji laki-laki untuk pekerjaan yang sama, sebagai konsekuensi masih adanya kesenjangan gender.

Seiring dengan perkembangan zaman perempuan harus bangkit dan harus terus berkarya, mengembangkan dan menunjukkan potensi dirinya. Perempuan di era milenial ini, sudah tidak seharusnya terkungkung dalam paradigma masyarakat yang salah dalam memahami gender. Gender adalah perbedaan jenis kelamin perempuan dan laki-laki yang bersifat biologis. Secara bilogis perempuan memiliki kudrat menyusui, mengandung, dan melahirkan sedangkan laki-laki tidak memilili kuadrat seperti itu. Berbeda dengan pekerjaan rana publik dan rana domestik semua itu dapat dilakukan bik perempuan dan laki-laki. Oleh karena itu, perempuan zaman sekarang juga dapat bekerja dirana publik, tampil terdepan dan bahkan dapat menjadi pemimpin. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis berinisiatif untuk menawarkan sebuah gagasan yaitu Inspiring Women Leadership di Era Generasi Milenial.

Inspiring Women Leadership di era menerasi Milenial adalah suatu kepemimpinan perempuan di era milenial. Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan khususnya disatu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan. Menjadi seorang pemimpin tentu bukanlah hal yang mudah. Seorang pemimpin memiliki tanggung jawab besar yang harus dijalankannya demi kemajuan semua anggota yang dipimpinnya. Seseorang yang memang pantas menjadi seorang pemimpin harus memiliki karakteristik-karakteristik tertentu. Inspiring Women Leadership haruslah memiliki  Kecerdasan yang merupakan point utama yang menentukan seberapa baik langkah yang diambil oleh seorang pemimpin jika dihadapkan oleh suatu masalah kelompok. Dalam menjalankan tugasnya, seorang pemimpin akan mampu berfikir luwes dan memiliki ide-ide segar untuk kepentingan kelompoknya. Sebagai Inspiring Women Leadership  juga harus memiliki inisiatif yang mampu menggerakkan dirinya sendiri terlebih dahulu untuk memulai segala sesuatunya tanpa adanya paksaan. Bertanggun jawab berarti berani untuk menanggung efek dari segala keputusan yang timbul akibat tindakan yang telah dilaksanakan. Pemimpin yang bertanggung jawab adalah pemimpin yang tetap teguh dan mampu berfikir taktis untuk menerima segala resiko yang timbul dari keputusan yang diambil. Karakter yang satu ini tentunya timbul dari seberapa berhasilnya seorang pemimpin dalam menggerakkan anggotanya dan bijak dalam mengambil keputusan. Pemimpin yang dapat dipercaya adalah pemimpin yang mampu mendamaikan hati semua anggota. Kejujuran dalam diri seseorang tentunya menjadi point khas yang harus dimiliki oleh seorang manusia, terutama oleh seorang pemimpin. Kejujuran yang ada dalam diri seorang pemimpin akan menjadi ciri khas tersendiri yang mampu diandalkan oleh anggota. Pemimpin dengan tingkat kejujuran tinggi akan mendapatkan kepercayaan yang luas dari kelompoknya.

Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu membuat perencanaan yang baik dan matang. Perencanaan adalah proses yang mendefinisikan tujuan dari organisasi, membuat strategi digunakan untuk mencapai tujuan dari organisasi, serta mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses-proses yang penting dari semua fungsi manajemen sebab tanpa perencanaan (planning) fungsi pengorganisasian, pengontrolan maupun pengarahan tidak akan dapat berjalan. Rencana (planning) dapat berupa rencana informal ataupun formal. Rencana informal adalah rencana-rencana yang tak tertulis dan bukan merupakan dari tujuan bersama anggota organisasi. Sedangkan rencana formal adalah rencana yang tertulis yang darus dilaksanakan oleh organisasi dalam jangka waktu tertentu. Untuk membuat perencanaan yang baik maka seorang pemimpin harus merumuskan Misi dan Tujuan. Seorang pemimpin haruslah mengatur perencanaan jangka panjang dan jangka pendek. Sebagai  Inspiring Women Leadership dalam sebua organisasi tentunya harus  memiliki suatu perencanaan jangka pendek dimana 3 bulan pertama masa kepemimpinan fokus untuk melakukan pembinaan anggota dan bulan ke empat sampai menjelang akhir periode adalah melakukan program kerja dan membangun kerja sama dengan beberapa jaringan serta dan 2 bulan terkahir seorang pemimpin haruslah menyiapkan generasi penerus yang akan melanjutkan kepemimpinan selanjutnya. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu menyiapkan generasi pelanjutnya yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan, karena seorang pemimpin tidak boleh meninggalkan generasi yang lemah.

Menjadi seorang pemimpin tentunya tidaklah mudah apalagi menjadi Inspiring Women Leadership pasti akan lebih memiliki banyak masalah dan tantangan. Sebagai Inspiring Women Leadership harus tau dalam melakukan pemecahan masalah yang dihadapi dengan cara berdiskusi dengan rekan kerjanya bekerja sama untuk mencari jalan keluar dari permasalahan tersebut. Seorang pemimpin yang baik tidak boleh selalu mengambil keputusan sendiri. Tetapi setiap keputusan yang akan diambil haruslah di musyawarahkan terlebih dahulu. Kepemimpinan ketika dianalisis melalui kacamata Gender dibedakan berdasarkan karakter feminim dan maskulin. Salah satu ciri karakter feminin yang dominan dimiliki oleh pemimpin perempuan adalah menjalin hubungan yang baik dengan bawahan sehingga apabila seseorang memiliki karakter feminin maka dia lebih cenderung memiliki gaya kepemimpinan demokrasi  karena kepemimpinan yang demokrasi berfokus pada pendekatan terhadap anggota untuk menanamkan kesadaran pada anggotanya akan  budaya organisasi, membangun visi dan misi, serta tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi agar anggota dan rekan kerja dapat melakukan tugasnya dengan baik. Karakter feminim mendukung proses kepemimpinan  demokrasi yaitu dengan pemimpin mampu membangun hubungan yang dengan anggota dan lebih mudah menjalin komunikasi dengan anggota dan apa yang ingin pemimpin sampaikan terkait dengan visi, misi, dan tujuan organisasi dapat dikomunikasikan dengan baik.

Di era generasi melenial sosok perempuan harus maju dan tidak dan dapat mengembangkan bakat kepemimpinanya. Perempuan masa kini harus berbeda dengan merempuan masa lalu yang terkungkung dengan paradigma tradisional yang dimana hanya mampu bekerja pada rana domestik. Perempuan masa kini haruslah menjadi Inspiring Women Leadership Yang tidak dipandang lagi sebagai sosok lemah yang selalu berada pada garis belakang, namun mereka bisa tampil di garis depan sebagai  pemimpin yang sukses dalam berbagai sektor kehidupan, yang selama ini justru dikuasai oleh kaum laki-laki Inspiring Women Leadership  adalah suatu kepemimpinan  yang dimana seorang pemimpinnnya lebih memiliki karakter feminim yang dapat dan mampu menjadi pemimpin yang baik. Seseorang Women Leadership  di tuntut tidak hanya berpendidikan tinggi atau  pengetahuan yang luas tetapi juga ketrampilan dalam mengaktualisasikan pengetahuan tersebut dalamperilaku. Untuk itu wanita pemimpin juga di harapkan memiliki  pengalaman berorganisasi. Perempuan masa kini harus maju menjadi pelaku sejarah bukan penikmat sejarah. 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages