Inspiring Women Leadership
Di Era Generasi Milenial
Kepemimpinan perempuan merupakan
persoalan yang masih banyak perdebatan sampai saat ini. Sebagian besar masyarakat
memandang bahwa seorang perempuan yang menjadi pemimpin tidak layak karena
mendahului kaum laki-laki, dan dilain pihak juga banyak yang juga menentang
karena permasalahan gender. Masyarakat juga banyak yang mendengar wacana yang
terdapat dalam Al-Qur’an bahwa laki-laki adalah pemimpin perempuan. banyak yang
beanggapan bahwa seorang perempuan hanya mempunyai wewenang untuk menjadi
seorang istri dan mendidik anak-anaknya dirumah. Budaya patriarki menganggap
seorang perempuan sangat lemah, tidak bermanfaat dan doktrin ini yang
membelenggu sampai saat ini. Persoalan kepemimpinan adalah persoalan yang
sangat penting dan strategis, karena sangat menentukan sebuah keluarga, masyarakat,
dan bangsa. Keterlibatan perempuan dalam politik dan rana publik bukanlah dimaksudkan untuk
menjatuhkan, menurunkan, atau merebut kekuasaan dari laki-laki, melainkan
dimaksudkan agar bisa menjadi mitra sejajar laki-laki.
Namun, saat ini adanya
kesalahan berfikir yang di alami oleh masyarakat terhadap pemahamannya mengenai
gender. Kebanyakan masyarakat berpendapat bahwa laki-laki harus bekerja dirana
Publik sedangkan perempuan harus bekerja pada rana Domestik. Penafsiran yang
diberikan masayarakat terhadap perempuan inilah yang menghambat seorang
perempuan menjadi pemimpim dan mebatasai ruang gerak perempuan pada rana publik.
Dalam pandangan tradisional, perempuan diidentikkan dengan sosok
yang lemah, halus dan emosional. Sementara laki-laki digambarkan sebagai sosok
yang gagah, berani dan rasional. Pandangan ini telah memposisikan
perempuan sebagai makhluk yang seolah-olah harus dilindungi dan senantiasa
bergantung pada kaum laki-laki.
Penyebab rendahnya partisipasi perempuan dalam
pembangunan dan cenderung menempati posisi terbelakang adalah sebagai berikut :
1) Adanya dikotomi maskulin/feminin peranan manusia sebagai akibat dari
determinasi biologis seringkali mengakibatkan proses marginalisasi perempuan;
2) Adanya dikotomi peran publik/peran domestik yang berakar dari sindroma bahwa
“peran perempuan adalah di rumah” pada gilirannya melestarikan pembagian antara
fungsi produktif dan fungsi reproduktif antara laki-laki dan perempuan; 3)
Adanya konsep “beban kerja ganda” yang melestarikan wawasan bahwa tugas
perempuan terutama adalah di rumah sebagai ibu rumah tangga, cenderung
mengalami proses aktualisasi potensi perempuan secara utuh; 4) Adanya sindroma
subordinasi dan peran marginal perempuan telah melestarikan wawasan bahwa peran
dan fungsi perempuan dalam masyarakat adalah bersifat sekunder. beberapa orang memiliki pandangan bahwa
perempuan lebih cocok dengan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga dibanding
laki-laki, atau pandangan bahwa perempuan lebih menggunakan perasaannya dari
pada rasional, sehingga perempuan tidak cocok dengan bidang-bidang pekerjaan
yang keras dan rasional termasuk bidang politik yang dianggap hanya cocok
dengan laki-laki. Ini merupakan gambaran mengenai adanya diskriminasi klasik
terhadap perempuan. Beberapa pendapat inilah yang membatasi gerak perempuan
dalam berkarir dirana publik. Sehingga perempuan hanya terkungkung dengan
stikma-stikma yang ditujukan kepadanya. Seiring dengan
perkembangan zaman semakin canggih dan semua telah berbasis teknologi. Kini
paradigma masyarakat dalam memahami
gender haruslah diluruskan. Zaman sekarang adalah zaman globalisasi dan dikenal
dengan generasi milenial. Generasi milenial atau Y lebih cair dalam memahami konsep gender dibandingkan generasi
X yang lahir 1965-1980. Generasi milenial atau generasi Y memandang
bahwa gender tak lagi dipandang sebagai sesuatu yang berat sebelah. Selain
berubah menjadi ekspresi diri yang pantas untuk dihormati, gender bukan lagi
dipandang sebagai tembok penghalang bagi seseorang untuk mencapai suatu tujuan
dalam hidup, utamanya karier.
Perempuan milenial, dalam
pengantar sebuah riset Pew Research Center, rata-rata menikmati pendidikan yang
lebih baik ketimbang ibu atau neneknya. Generasi milenial adalah generasi yang
paling terdidik. Pew research mencatat bahwa 60 persen perempuan milenial
tak sepakat bahwa laki-laki mendapat gaji yang lebih besar dalam jenis
pekerjaan yang sama. Sebanyak 75 persen beranggapan bahwa perlu
perubahan-perubahan di tempat kerja agar lebih setara. Indonesia
adalah salah satu negara dengan tingkat gaji perempuan dan laki-laki yang cukup
timpang. Menurut data global gender Gap Report yang disusun World Economic
Forum, Indonesia berada di peringkat 51 dari 141 negara yang dikaji. Selisih
gaji berdasarkan gender di Indonesia sampai angka 0,68. Artinya perempuan cuma
digaji 68 persen dari gaji laki-laki untuk pekerjaan yang sama, sebagai konsekuensi
masih adanya kesenjangan gender.
Seiring dengan perkembangan zaman
perempuan harus bangkit dan harus terus berkarya, mengembangkan dan menunjukkan
potensi dirinya. Perempuan di era milenial ini, sudah tidak seharusnya
terkungkung dalam paradigma masyarakat yang salah dalam memahami gender. Gender
adalah perbedaan jenis kelamin perempuan dan laki-laki yang bersifat biologis.
Secara bilogis perempuan memiliki kudrat menyusui, mengandung, dan melahirkan
sedangkan laki-laki tidak memilili kuadrat seperti itu. Berbeda dengan
pekerjaan rana publik dan rana domestik semua itu dapat dilakukan bik perempuan
dan laki-laki. Oleh karena itu, perempuan zaman sekarang juga dapat
bekerja dirana publik, tampil terdepan dan bahkan dapat menjadi pemimpin.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis berinisiatif untuk menawarkan
sebuah gagasan yaitu Inspiring Women
Leadership di Era Generasi Milenial.
Inspiring
Women Leadership di
era menerasi Milenial adalah suatu kepemimpinan perempuan di era milenial.
Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan khususnya
disatu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk
bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau
beberapa tujuan. Menjadi seorang pemimpin tentu bukanlah hal yang mudah.
Seorang pemimpin memiliki tanggung jawab besar yang harus dijalankannya demi
kemajuan semua anggota yang dipimpinnya. Seseorang yang memang pantas menjadi
seorang pemimpin harus memiliki karakteristik-karakteristik tertentu. Inspiring Women Leadership haruslah
memiliki Kecerdasan yang merupakan point utama yang menentukan
seberapa baik langkah yang diambil oleh seorang pemimpin jika dihadapkan oleh
suatu masalah kelompok. Dalam menjalankan tugasnya, seorang pemimpin akan mampu
berfikir luwes dan memiliki ide-ide segar untuk kepentingan kelompoknya. Sebagai Inspiring Women Leadership juga harus memiliki inisiatif
yang mampu menggerakkan dirinya sendiri terlebih dahulu untuk memulai segala
sesuatunya tanpa adanya paksaan. Bertanggun jawab berarti berani untuk
menanggung efek dari segala keputusan yang timbul akibat tindakan yang telah
dilaksanakan. Pemimpin yang bertanggung jawab adalah pemimpin yang tetap teguh
dan mampu berfikir taktis untuk menerima segala resiko yang timbul dari
keputusan yang diambil. Karakter yang satu ini tentunya timbul dari
seberapa berhasilnya seorang pemimpin dalam menggerakkan anggotanya dan bijak
dalam mengambil keputusan. Pemimpin yang dapat dipercaya adalah pemimpin yang
mampu mendamaikan hati semua anggota. Kejujuran dalam diri seseorang
tentunya menjadi point khas yang harus dimiliki oleh seorang manusia, terutama
oleh seorang pemimpin. Kejujuran yang ada dalam diri seorang pemimpin akan
menjadi ciri khas tersendiri yang mampu diandalkan oleh anggota. Pemimpin
dengan tingkat kejujuran tinggi akan mendapatkan kepercayaan yang luas dari
kelompoknya.
Pemimpin yang baik adalah
pemimpin yang mampu membuat perencanaan yang baik dan matang. Perencanaan
adalah proses yang mendefinisikan tujuan dari organisasi, membuat strategi
digunakan untuk mencapai tujuan dari organisasi, serta mengembangkan rencana
aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses-proses yang penting
dari semua fungsi manajemen sebab tanpa perencanaan (planning) fungsi
pengorganisasian, pengontrolan maupun pengarahan tidak akan dapat berjalan.
Rencana (planning) dapat berupa rencana informal ataupun formal. Rencana
informal adalah rencana-rencana yang tak tertulis dan bukan merupakan dari
tujuan bersama anggota organisasi. Sedangkan rencana formal adalah
rencana yang tertulis yang darus dilaksanakan oleh organisasi dalam jangka
waktu tertentu. Untuk membuat perencanaan yang baik maka seorang pemimpin
harus merumuskan Misi dan Tujuan. Seorang pemimpin haruslah mengatur
perencanaan jangka panjang dan jangka pendek. Sebagai Inspiring Women Leadership dalam
sebua organisasi tentunya harus memiliki suatu perencanaan
jangka pendek dimana 3 bulan pertama masa kepemimpinan fokus untuk melakukan
pembinaan anggota dan bulan ke empat sampai menjelang akhir periode adalah
melakukan program kerja dan membangun kerja sama dengan beberapa jaringan serta
dan 2 bulan terkahir seorang pemimpin haruslah menyiapkan generasi penerus yang
akan melanjutkan kepemimpinan selanjutnya. Pemimpin yang baik adalah pemimpin
yang mampu menyiapkan generasi pelanjutnya yang akan melanjutkan estafet
kepemimpinan, karena seorang pemimpin tidak boleh meninggalkan generasi yang
lemah.
Menjadi seorang pemimpin tentunya
tidaklah mudah apalagi menjadi Inspiring
Women Leadership pasti akan lebih memiliki banyak masalah dan
tantangan. Sebagai Inspiring Women
Leadership harus tau dalam melakukan pemecahan masalah yang dihadapi
dengan cara berdiskusi dengan rekan kerjanya bekerja sama untuk mencari jalan
keluar dari permasalahan tersebut. Seorang pemimpin yang baik tidak boleh
selalu mengambil keputusan sendiri. Tetapi setiap keputusan yang akan diambil
haruslah di musyawarahkan terlebih dahulu. Kepemimpinan ketika dianalisis
melalui kacamata Gender dibedakan berdasarkan karakter feminim dan
maskulin. Salah satu ciri karakter feminin yang dominan dimiliki oleh pemimpin
perempuan adalah menjalin hubungan yang baik dengan bawahan sehingga apabila
seseorang memiliki karakter feminin maka dia lebih cenderung memiliki gaya
kepemimpinan demokrasi karena kepemimpinan yang demokrasi berfokus
pada pendekatan terhadap anggota untuk menanamkan kesadaran pada
anggotanya akan budaya organisasi, membangun visi dan misi, serta tujuan
yang ingin dicapai oleh organisasi agar anggota dan rekan kerja dapat melakukan
tugasnya dengan baik. Karakter feminim mendukung proses
kepemimpinan demokrasi yaitu dengan pemimpin mampu membangun
hubungan yang dengan anggota dan lebih mudah menjalin komunikasi dengan anggota
dan apa yang ingin pemimpin sampaikan terkait dengan visi, misi, dan tujuan organisasi
dapat dikomunikasikan dengan baik.
Di era generasi melenial sosok
perempuan harus maju dan tidak dan dapat mengembangkan bakat kepemimpinanya.
Perempuan masa kini harus berbeda dengan merempuan masa lalu yang terkungkung
dengan paradigma tradisional yang dimana hanya mampu bekerja pada rana domestik.
Perempuan masa kini haruslah menjadi Inspiring
Women Leadership Yang tidak dipandang lagi sebagai sosok lemah yang
selalu berada pada garis belakang, namun mereka bisa tampil di garis depan
sebagai pemimpin yang sukses dalam berbagai sektor kehidupan, yang selama
ini justru dikuasai oleh kaum laki-laki Inspiring Women Leadership adalah suatu
kepemimpinan yang dimana seorang pemimpinnnya lebih memiliki
karakter feminim yang dapat dan mampu menjadi pemimpin yang baik. Seseorang Women
Leadership di tuntut tidak hanya berpendidikan tinggi atau
pengetahuan yang luas tetapi juga ketrampilan dalam mengaktualisasikan
pengetahuan tersebut dalamperilaku. Untuk itu wanita pemimpin juga di harapkan
memiliki pengalaman berorganisasi. Perempuan masa kini harus maju menjadi
pelaku sejarah bukan penikmat sejarah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar