Sekolah Kreatif Berbasis
Sociopreneur Guna Meningkatkan Wirausaha Muda Sebagai Solusi Mengatasi Pengangguran
Di Kabupaten Jeneponto
Pengangguran merupakan permasalahan yang tak kunjung
terselesaikan. Setiap tahunnya angka pengangguran semakin bertambah dan membuat
pemerintah semakin berfikir untuk mengtasi permasalahan pengangguran tersebut.
Salah satu penyebab dari pengangguran adalah karena kurangnya lapangan pekerjaan,
banyaknya tenaga manusia yang mulai tergantikan dengan teknologi yang canggih,
dan kurannya keterampilan atau soft skill
yang dimiliki oleh masyarakat. Selain itu, faktor-faktor utama yang
menyebabkan terjadinya pengganguran adalah karena besarnya angkatan kerja tidak
seimbang dengan kesempatan kerja. Ketidakseimbangan terjadi apabila jumlah
angkatan kerja lebih besar daripada kesempatan kerja yang tersedia. Kondisi
sebaliknya sangat jarang terjadi. Struktur lapangan kerja tidak seimbang dan kebutuhan
jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik tidak seimbang.
Saat ini, Badan Pusat Statistik
(BPS) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) merilis data bahwa tingkat
pengganguran di Sulsel meningkat di triwulan III tahun 2017 dibandingkan tahun
2016 lalu untuk periode yang sama. Berdasarkan data yang dirilis BPS
Provinsi Sulsel angka pengangguran mencapai 5,61 persen pada triwulan III 2017
sementara periode yang sama tahun 2016 lalu diangka 4,80 persen. Kepala BPS Sulsel,
Nursam Salam mengatakan peningkatan angka pengangguran periode ini disumbang
oleh sektor pertanian karena tingginya penggunaan alat pertanian dengan
teknologi terbaru. “Ini
proses mekanisasi, dimana alat pertanian saat ini menggunakan mesin terbaru
yang dioperasikan oleh dua hingga lima orang saja, seperti mobil panen padi,”
ungkap Nursam Salam memberikan contoh, Senin (6/11/2017). Seperti di daerah
Kabupaten Bone, Sidrap, Pinrang dan Bulukumba yang merupakan daerah-daerah
peghasil beras atau lumbung padi. Angkatan
kerja di Sulsel pada triwulan III 2017 tercatat 3.812.358 orang sedangkan yang
bekerja 3.598.663 orang atau tidak bekerja sebanyak 213.695 orang (Wawam,2017).
Berdasarakan data tersebut dapat diketahui bahwa masih
banyak pengangguran yang dimiliki oleh bangsa Indonesia khusunya di daerah
Jeneponto Sulawesi Selatan. Berdasarkan
data dari BPS Kabupaten Jeneponto menyatakan pada tahun 2013 ada
sebanyak 149.628 orang atau sekitar 42,61%
dari total penduduk. Dari angka tersebut, 145.480 orang (97,23%)
berstatus bekerja dan 4.148 orang (2,77%) berstatus pengangguran terbuka,
sisanya tergolong bukan Angkatan Kerja (sekolah, mengurus
Rumah Tangga dan lainnya). Dilihat dari tingkat pendidikan, penduduk yang
bekerja, sebagian besar masih berpendidikan rendah (belum tamat SD) dengan
persentase sekitar 26,56%. Kesempatan bekerja lebih banyak di lapangan usaha
pertanian sebanyak 66,44% sedangkan pekerja yang paling sedikit berada di
sector lapangan usaha indiustri sekitar 0,47%. Hal ini membuat Angka kemiskinan
di Jeneponto mencapai 16,32 persen atau 58 ribu lebih dari total jumlah
penduduk Jeneponto 385 ribu jiwa (BPS,
2016).
Meningkatnya angka
pengangguran maka, akan meningkatkan jumlah kemiskinan dan juga akan
menimbulkan meningkatnya angka kejahatan seperti, mencuri, merampok dan terjadinya
pembegalan. Adanya masalah tersebut, membuat penulis menawarkan sebuah solusi
yaitu Sekolah Kreatif
Berbasis
Sociopreneur Guna Meningkatkan
Wirausaha Muda Sebagai Solusi Mengatasi Pengangguran Di Kabupaten
Jeneponto. Dengan menerapkan
sekolah tersebut maka akan membantu pemerintah untuk mengatasi angka pengangguran
yang terjadi di Indonesia khusunya di kabupaten Jeneponto dan dapat membatu
terlaksananya program kerja dari dinas ketenagakerjaan dengan meningkatkan
usaha produktif. Karena salah satu penyebab pengangguran adalah banyaknya
masyarakat yang tidak memiliki soft skill
atau keterampilan, maka dengan adanya sekolah kreatif ini dapat membantu
masyarakat untuk mengali dan mangasa potensi, bakat maupun keterampilan yang
dimilikinya, sehingga masyarakat dapat menjadi mandiri dengan membuka usaha
sendiri.
Sekolah Kreatif ini diperuntukkan bagi masyarakat yang sama sekali tidak memiliki pekerjaan atau yang sedang menganggur, ataupun yang sedang mencari kerja. Salah satu keunggulan dari Sekolah Kreatif ini adalah gratis dan tidak dipungut biaya. Mengingat bahwa kebanyakan masyarakat yang pengangguran berasal dari kalangan keluarga yang sederhana. Dan siswa dari sekolah kreatif tidak memiliki batasan umur. Walaupun ada beberapa yang sudah lanjut usia tapi masih memiliki semangat belajar dan dapat mengasah kreatifitasnya maka, akan tetap diterima sebagai siswa dari sekolah kreatif itu sendiri. Yang menjadi penggerak dan tenaga pengajar di Sekolah Kreatif adalah dari kalangan anak muda dan remaja yang memiliki rasa peduli sosial yang tinggi. Tujuan dibentuknya Sekolah Kreatif ini untuk membangun dan menumbuhkan keterampilan atau soft skill agar dapat memudahkan dalam mencari pekerjaan ataupun dapat membuka usaha secara mandiri. Dengan adanya sekolah kreatif anak muda maupun anak remaja dapat bergabung menjadi volunteer.
Pemuda merupakan generasi penerus bangsa, saat ini ada begitu banyak pemuda yang memiliki pontesi dan memiliki banyak keahlian yang dimilikinya. Apatahlagi pemuda yang sedang menempuh pendidikan di tingkat universitas sudah pasti memiliki banyak ilmu. Oleh karena itu, aksi yang dapat dilakukan oleh anak muda untuk membantu mengatasi pengangguran di Sulawesi Selatan khusunya di daerah Jeneponto adalah ikut bergabung menjadi volunteer di Sekolah Kreatif. Karena anak muda adalah anak yang memiliki banyak keterampilan, dengan adanya Sekolah Kreatif anak muda dapat berbagi ilmunya dengan masyarakat yang ada dalam Sekolah Kreatif. Anak muda akan mengajarkan kepada masyarakat tentang membuat keterampilan seperti mengolah sampah menjadi uang dengan cara mebuat sampah menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis dan dapat dipasarkan di toko-toko maupun dipasar-pasar.
Anak muda yang bergabung menjadi volunteer, maka dapat membantu berjalannya Sekolah Kreatif. Selain itu, anak muda yang kuliah dengan jurusan ekonomi, akuntasi, dan ilmu stadi pembangunan dapat memberikan dan berbagi ilmunya kepada masyarakat yang menjadi siswa di Sekolah Kreatif. Salah satu yang dapat diajarkan adalah untuk cara-cara berwirausaha. Masyarakat dalam Sekolah Kreatif akan dibekali ilmu tentang berwirausaha dan diajarkan untuk membuat kerajinan yang nantinya akan dijual dan dipasarkan ke pasar lokal maupun Internasional. Adanya Sekolah Kreatif ini, maka masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan dapat memiliki pekerjaan sampingan sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran yang ada di kabupaten Jeneponto. Selain itu, anak muda yang menjadi volunteer di Sekolah Kreatif juga akan mengajarkan bahasa Inggris kepada masyarakat yang mengikuti Sekolah Kreatif, karena bahasa inggris merupakan bahasa Internasional dan saat ini MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) sudah memasuki negara Indonesia. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia diharapakan untuk dapat menjadi masyarakat yang berkemajuan dan tidak ketinggalan Jaman, dan mampu mandiri dengan memiliki jiwa wirausaha yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Wawan, 2017. Triwulan III, Pengangguran di Sulsel Meningkat, Ini Penyebabnya. https://disnaker.makassar.go.id. Diakses pukul 07.00 wita pada tanggal 1 Februari 2018
Badan Pusat Statistik. 2016.
Jumlah Angkatan Kerja di Kabupaten Bone. https://sulsel.bps.go.id. (Online). Diakses pada Tanggal 20 November 2017 Pukul 20.00
wita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar