KAPITALISASI PENDIDIKAN - GORESAN PENA REZKY

sang pemimpi

Home Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

15 Desember, 2018

KAPITALISASI PENDIDIKAN


SEKOLAH IMPIAN UNTUK ANAK JALAN SEBAGAI SOLUSI MENGATASI KAPITALISASI PENDIDIKAN DALAM MEWUJUDKAN 
GENERASI EMAS 2045

        Oleh : Rezky Juniarsih Nur

Pendidikan  merupakan  sektor  sangat  menentukan  kualitas  suatu  bangsa. Kegagalan pendidikan berimplikasi pada gagalnya suatu bangsa, keberhasilan pendidikan   juga   secara   otomatis   membawa   keberhasilan   sebuah   bangsa. Pelaksanaan suatu pendidikan mempunyai fungsi, antara lain: inisiasi, inovasi, dan  konservasi.  Inisiasi  merupakan  fungsi  pendidikan  untuk  memulai  suatu perubahan. Inovasi merupakan wahana untuk mencapai perubahan. Konservasi berfungsi untuk menjaga nilai-nilai dasar. Oleh sebab itu, untuk memperbaiki kehidupan  suatu  bangsa,  harus  dimulai  penataan  dari  segala  aspek  dalam pendidikan. Salah satu aspek yang dimaksud adalah pemateraan Pendidikan.
Saat ini, pemerataan pendidikan di Indonesia belum terlaksana dengan baik. Hal  ini  sangat  bertentangan  dengan  Undang-Undang  Pasal  31  ayat  1  yang berbunyi “setiap warga negara Indonesia berhak mendapatkan pendidikan”, ayat 2  berbunyi  “setiap  warga  negara  berhak  mengikuti  pendidikan  dasar  dan pemerintah wajib membiayainya”. Tujuan pendidikan di negara ini pun sudah sangat   jelas   termaktub   dalam   Pembukaan   UUD   ’45   yaitu   mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu cukup jelas dari kutipan berbagai literatur diatas,  pendidikan  sangat  urgen  fungsinya  dalam  kehidupan  berbangsa  dan bernegara.
Wajah   pendidikan   begitu   sangat   jauh   dengan   apa   yang   diharapkan. Pendidikan  bukan  lagi  menjadi  sebuah  dunia  pengetahuan,  yang  didalamnya terdapat  proses  belajar  mengajar secara  bebas.  UNICEF  melansir,  pada  2016 terdapat 2,5 juta anak Indonesia putus sekolah. Mereka terdiri dari 600 ribu anak usia sekolah dasar (SD) dan 1,9 juta anak usia SMP. Yang menjadi penghambat mereka mayoritas adalah faktor kemiskinan. Di sisi lain, dari 4,8 juta mahasiswa Indonesia  saat  ini,  bila  dihitung  terhadap  populasi  penduduk  berusia  19-24 tahun, angka partisipasi kasarnya baru mencapai 18,4%. Dari 4,8 juta itu, sekitar 6,5%  di  antaranya  adalah  mahasiswa  kurang  mampu  yang  terancam  putus kuliah. “Rendahnya angka partisipasi pendidikan ini menjadi bukti kegagalan sistem   pendidikan   Indonesia,   akibat   lepas   tanggung  jawab   negara  dalam membiayai penyelenggaraan pendidikan,” kata Ketua Umum Serikat Mahasiswa Indonesia Nuy Lestari dalam keterangan tertulis (Mi, 2017).
Kenyataanya adalah masih banyak anak-anak yang tidak bersekolah bahkan karena putus sekolah karena kurangnya pemerataan pendidikan dan biaya untuk menempuh pendidikan semakin mahal. Sehingga hanya anak-anak dari kalangan borjuis, dan kalangan yang memiliki stratifikasi sosial yang tinggi yang dapat merasakan dunia pendidikan. Sedangkan anak-anak dari kalangan proletar dan dari keluarga  yang menengah kebawah atau miskin, masih sangat sulit untuk merasakan pendidikan, hal inilah yang dimaksud dengan kapitalisasi pendidikan. Kapitalisme sebagai sistem baru telah berkembang sejak zaman kuno, dan selalu mengalami   masa   kemajuan   dan   masa   kemerosotan.   Karena   kapitalisme merupakan  suatu  sistem  yang  terus  mengalami  perkembangan  dalam  upaya eksistensi  dirinya.  Tidak  diragukan  lagi  kapitalisme  kini  telah  merambah  ke dunia pendidikan. Masuk dan berkembangnya kapitalisme di dunia pendidikan ditandai   dengan   semakin   maraknya   pembangunan   sekolah-sekolah   swasta dengan   memberlakukan   perilaku   pasar   bebas   dan   dunia   bisnis   di   dunia pendidikan (sekolah).
Komersialisasi pendidikan yang mengacu kepada lembaga pendidikan yang hanya   mementingkan   uang   pendaftaran   dan   uang   gedung   saja,   tetapi mengabaikan kewajiban-kewajiban pendidikan. Hal tersebut tidak hanya terjadi di  sekolah-sekolah  tetapi  juga  melanda  di  univesitas.  Betapa  mahalnya  biaya untuk masuk masuk ke perguruan tinggi, apalagi jika perguruan tinggi tersebut adalah  perguruan  tinggi  yang  favorit.  Hal  tersebut  mungkin  bukanlah  suatu masalah bagi para anak-anak pejabat atau pengusaha. Namun bagi anak-anak yang  mempunyai  ekonomi  menengah  ke  bawah  hal  tersebut  seakan  tidak mungkin untuk bisa diraih. Salah satu contoh yang baru saja terjadi yaitu tentang kuota penerimaan SNMPTN dan SBMPTN dimana   Kuota seleksi Perguruan Tinggi Negeri (PTN) kini dikurangi.  Menteri Riset mengemukakan jika kuota masuk PTN melalui jalur SNMPTN yang semula sekitar 50% namun pada tahun ini akan di kurangi menjadi 40%. Berbeda dengan SBMPTN kuotanya tidak di kurangi dan tidak ditambah yakni 30%. Namun untuk jalur tingkat mandiri di tingkatkan menjadi 30% (Fitriana, 2016).

Kapitalisme  jelas  terlihat  dalam  kasus  tersebut.  Dimana  SNMPTN  yang tidak dipungut biaya sepeserpun diturunkan kuotanya. Lebih-lebih kuota yang seharusnya  untuk  SNMPTN  malah  dialihkan  ditambahkan  ke  ujian  mandiri (UJM).  Jelas  Ujian  Mandiri  membutuhkan  biaya  yang  tidak  sedikit,  bahkan begitu mahal. Sehingga kesempatan anak-anak dengan ekonomi menengah ke bawah  untuk  kuliah  di  perguruan  tinggi  favorit  berkurang,  karena  mahalnya biaya ujian mandiri (UJM).   Akhirnya hanya anak-anak orang kaya dan yang mampu  membayar  dengan  biaya  sebesar  apapaun  yang  lebih  mempunyai kesempatan  untuk  masuk  ke  perguruan  tinggi  favorit  tersebut.  Hal  ini  jelas menunjukkan maraknya pasar bebas di dunia pendidikan.
Terjadinya  kapitalisasi  pendidikan  di  Indonesia  dapat  mempengaruhi generasi emas yang dicanangkan oleh pemerintah. Generasi yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif, mampu berpikir orde tinggi, berkarakter, serta cinta dan  bangga  menjadi  bangsa  Indonesia.  Dengan  Generasi  emas  itulah,  kita bangun  peradaban  Indonesia  yang  unggul,  menuju  kejayaan  Indonesia  2045. Generasi  emas  merupakan  generasi  yang  sangat  penting  Karena  merupakan generasi penerus bangsa yang pada periode 2045 adalah sangat produktif, sangat berharga dan sangat bernilai, sehingga perlu dikelola dan dimanfaatkan dengan baik agar berkualitas menjadi  insan  yang berkarakter, insan  yang cerdas, dan insan    yang    kompetitif.    Untuk    mewujudkan    Generasi    emas    ditengah perkemabangan   zaman   yang   semakin   modern   maka   perlu   adanya   untuk melakukan pemerataan pendidikan khususnya pada masyarakat kalangan bawah dan anak jalanan.
menurut saya permaslahan  yang paling penting dan harus di prioritaskan adalah masalah pendidikan.  karena masalah pendidikan adalah masalah yang sangat penting yang harus di bahas. dan salah satu tujuan bangsa Indonesia yang tertulis pada alenia ke empat UUD 1945 adalah mencerdaskan bangsa. namun masalah saat ini pada bidan pendidikan adalah adanya kapita;isasi pendidikan. dimana tidak semua anak bangsa yang dapat mersakan nikmatnya pendidikan karena terkendala oleh masalah finansial. khususnya dikota-kota besar dengan biaya pendidkan yang cukup mahal sehingga anak-anak yang tidak mampu dan berasal dari keluarga yang tidak mampu tidak dapat bersekolah sehingga hanya bisa membantu orang tuanya untuk memulung.
Oleh  karena  itu,  sebagai  Agen  Of  Change  penulis  menawarkan  sebuah solusi  dari  permasalahan  tersebut  yaitu  Sekolah  Impian  Untuk  Anak  Jalan Sebagai  Solusi  Mengatasi  Kapitalisasi  Pendidikan  Dalam  Mewujudkan Generasi  Emas  2045.  Dengan  adanya  Sekolah  Impian  tersebut,  maka  dapat membantu pemeritah untuk melakukan pemerataan pendidikan.Sekolah Impian tersebut  diharapkan  dapat  menjadi  sebuah  wadah  sekolah  bagi  anak  jalanan untuk memperoleh ilmu pengetahuan dengan gratis tanpa dipungut biaya.

Sekolah  Impian  adalah  sekolah  yang  diperuntukkan  untuk  anak  jalanan. Sekolah impina adalah sekolah yang harus menyenangkan, agar membuat anak jalanan  semakin  betah  untuk  belejar.  Sekolah  Impian  ,  Murid  tidak  dituntut untuk meraih nilai Ujian Nasional yang tinggi tetapi lebih Mengakomodir dan memaksimalkan bakat dan potensi anak. Sekolah Impian adalah Sekolah yang bebas  dari  politisasi,  Sekolah  yang  bebas  dari  korupsi,  Keteladanan  para stakeholder,    Sekolah    berwawasan    kebangsaan,    Sekolah    yang    mampu menanamkan karakter dan budi pekerti  untuk para siswa-siswinya,  Keuangan sekolah yang akuntabel dan transparan, Sekolah yang memiliki kearifan lokal, Didukung oleh masyarakat yang paham budi pekerti, Sekolah yang dipercaya oleh masyarakat, dan Sekolah yang mampu berprestasi di bidang akademik dan non akademik.
Indonesia  memiliki  banyak  generasi  muda  yang  sangat  berkompeten  dan dan juga memiliki wawasan  yang sangat luas. Oleh karena itu,  yang menjadi penggerak pada Sekolah Impian ini adalah Para generasi muda yang memiliki jiwa   sosial   dan   kepedulian   sosial   yang   tinggi   dan   siap   berbagi   ilmu pengetuannya  kepada  anak  jalanan.  Selain  itu,  pada  Sekolah  Impian  yang diajarkan  bukan  hanya  sebatas  mata  pelajaran  saja,  tetapi,  anak-anak  jalanan diajarkan untuk mebuat keterampilan untuk menumbuhkan jiwa kreatifitas anak jalanan dengan mengolah bahan bekas untuk menjadi sesuatu yang bermanfaat dan dapat dijual. Sehingga anak-anak tidak lagi menjadi peminta-minta dijalan. Tetapi  dapat  menjual  hasil  kreatifitasnya  kepada  oraang-orang.  Hail  ini  jauh lebih bermanfaat dibandingkan dengan meminta-minta.
Sekolah   Impian   juga   lebih   menanamkan   pendidikan   karakter  dengan menerapkan   kepada   anak-anak   jalan   khususnya   di   Kota   Makassar   yakni menerapkan pendidikan karakter siri’ na Pacce. Agar, anak jalan dapat menjadi anak yang baik memiliki sopan santun, dan dapat membedakan mana yang baik dan  mana  yang  tidak  baik.  Siri  dalam  sistem  kepribadian  adalah  sebagai perwujudan  konkret  di  dalam  akal  budi  manusia  yang  menjunjung  tinggi kejujuran, keseimbangan untuk menjaga harkat dan martabat manusia. Dalam masyarakat  Bugis-Makassar  mempertahankan  harga  diri  sebagai  perwujudan

dari konsep siri’ merupakan suatu kewajiban setiap individu maupun kelompok, sebab  kehilangan  harga  diri  bagi  masyarakat  Bugis-Makassar  identik  dengan kehilangan   ruhnya   sebagai   manusia.   Manusia   dalam   masyarakat   Bugis- Makassar hanya dapat dipandang sebagai manusia bila ia memiliki harga diri sebagai perwujudan dari siri’. Tanpa siri’ manusia tidak ada bedanya dengan binatang.
Pacce’/pesse’ secara harfiah berarti perasaan pedih dan perih yang dirasakan meresap   dalam   kalbu   seseorang,   karena   melihat   penderitaan   orang   lain. Pacce’/pesse’   berfungsi   sebagai   alat   penggalang   persatuan,   solidaritas, kebersamaan,   kesetiaan,   rasa   kemanusiaan,   dan   motivasi   untuk   berusaha, sekalipun  dalam  keadaan  yang  sangat  pelik  dan  berbahaya.  Pacce’/pesse’ merupakan panggilan hati nurani untuk menyatakan sikap kesetiakawanan sosial terhadap  penegakan  harkat  siri’  bersama.  Pacce’/pesse’  mendorong  dalam kenyataan adanya perbuatan tolong menolong, adanya tuntut bela serta segala kenyataan  lain  yang  mirip  pada  solidaritas  yang  mendapatkan  hidupnya  dari konsep  siri’.  Konsep  pacce’/passe’  yang  diwujudkan  sebagai  rasa  solidaritas untuk membela, membantu sesama diungkapkan dalam bahasa Makassar dengan ungkapan ”abbulo sibatang” atau dalam ungkapan Bugis “mali siparappe, rebba sipatokkong,   malilu   sipakainge”.   Semangat   abbulo   sibatang,   mengandung makna rasa solidaritas yang tinggi untuk saling membantu, dalam menghadapi setiap tantangan dan kesulitan.
Pendidikan  merupakan  sektor  sangat  menentukan  kualitas  suatu  bangsa. Pemerataan   pendidikan   sangat   perlu   dilakukan.   Tetapi   saat   ini   dizaman globalisasi,   kini   telah   terjadi   Kapitaslisasi   pendidikan.   Untuk   mengatasi permasalahan  tersebut  maka  perlu  adanya  sebuah  wadah  untuk  menampung anak-anak  jalan  atau  anak  yang  putus  sekolah.  Maka  dari  itu  dengan  adanya Sekolah Impian untuk anak jalanan dapat mebantu pemerintah untuk melakukan pemerataan pendidikan. Dengan adanya Sekolah Impian tersebut anak jalanan dapat merasakan indahnya bersekolah tanpa harus membayar biaya pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA


Fitiriana, 2016. Lawan Kapitalisasi dan Komersialisasi Pendidikan. (Online). http://www.pontianakpost.co.id. Diakses pada tanggal 10 Februari 2018, pukul 23.45 Wita.
  
Mi, 2017. Hentikan Kapitalisasi Pendidikan. (Online). http://mediaindonesia.com. Diakses pada tanggal 10 Februari 2018, pukul 24.45 Wita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages