SEKOLAH
IMPIAN UNTUK ANAK JALAN SEBAGAI SOLUSI MENGATASI KAPITALISASI PENDIDIKAN DALAM
MEWUJUDKAN
GENERASI EMAS 2045
Oleh : Rezky Juniarsih Nur
Pendidikan
merupakan sektor sangat
menentukan kualitas suatu
bangsa. Kegagalan pendidikan berimplikasi pada gagalnya suatu bangsa,
keberhasilan pendidikan juga secara
otomatis membawa keberhasilan sebuah
bangsa. Pelaksanaan suatu pendidikan mempunyai fungsi, antara lain:
inisiasi, inovasi, dan konservasi. Inisiasi
merupakan fungsi pendidikan
untuk memulai suatu perubahan. Inovasi merupakan wahana
untuk mencapai perubahan. Konservasi berfungsi untuk menjaga nilai-nilai dasar.
Oleh sebab itu, untuk memperbaiki kehidupan
suatu bangsa, harus
dimulai penataan dari
segala aspek dalam pendidikan. Salah satu aspek yang
dimaksud adalah pemateraan Pendidikan.
Saat ini, pemerataan pendidikan di
Indonesia belum terlaksana dengan baik. Hal
ini sangat bertentangan
dengan Undang-Undang Pasal
31 ayat 1 yang
berbunyi “setiap warga negara Indonesia berhak mendapatkan pendidikan”, ayat 2 berbunyi
“setiap warga negara
berhak mengikuti pendidikan
dasar dan pemerintah wajib
membiayainya”. Tujuan pendidikan di negara ini pun sudah sangat jelas
termaktub dalam Pembukaan
UUD ’45 yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu cukup jelas dari kutipan
berbagai literatur diatas,
pendidikan sangat urgen
fungsinya dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Wajah
pendidikan begitu sangat
jauh dengan apa
yang diharapkan. Pendidikan bukan
lagi menjadi sebuah
dunia pengetahuan, yang
didalamnya terdapat proses belajar
mengajar secara bebas. UNICEF
melansir, pada 2016 terdapat 2,5 juta anak Indonesia putus
sekolah. Mereka terdiri dari 600 ribu anak usia sekolah dasar (SD) dan 1,9 juta
anak usia SMP. Yang menjadi penghambat mereka mayoritas adalah faktor
kemiskinan. Di sisi lain, dari 4,8 juta mahasiswa Indonesia saat
ini, bila dihitung
terhadap populasi penduduk
berusia 19-24 tahun, angka
partisipasi kasarnya baru mencapai 18,4%. Dari 4,8 juta itu, sekitar 6,5% di
antaranya adalah mahasiswa
kurang mampu yang
terancam putus kuliah. “Rendahnya
angka partisipasi pendidikan ini menjadi bukti kegagalan sistem pendidikan
Indonesia, akibat lepas
tanggung jawab
negara dalam membiayai penyelenggaraan
pendidikan,” kata Ketua Umum Serikat Mahasiswa Indonesia Nuy Lestari dalam
keterangan tertulis (Mi, 2017).
Kenyataanya adalah masih banyak anak-anak
yang tidak bersekolah bahkan karena putus sekolah karena kurangnya pemerataan
pendidikan dan biaya untuk menempuh pendidikan semakin mahal. Sehingga hanya
anak-anak dari kalangan borjuis, dan kalangan yang memiliki stratifikasi sosial
yang tinggi yang dapat merasakan dunia pendidikan. Sedangkan anak-anak dari
kalangan proletar dan dari keluarga yang
menengah kebawah atau miskin, masih sangat sulit untuk merasakan pendidikan,
hal inilah yang dimaksud dengan kapitalisasi pendidikan. Kapitalisme sebagai
sistem baru telah berkembang sejak zaman kuno, dan selalu mengalami masa
kemajuan dan masa
kemerosotan. Karena kapitalisme merupakan suatu
sistem yang terus
mengalami perkembangan dalam
upaya eksistensi dirinya. Tidak
diragukan lagi kapitalisme
kini telah merambah
ke dunia pendidikan. Masuk dan berkembangnya kapitalisme di dunia
pendidikan ditandai dengan semakin
maraknya pembangunan sekolah-sekolah swasta dengan memberlakukan perilaku
pasar bebas dan
dunia bisnis di
dunia pendidikan (sekolah).
Komersialisasi pendidikan yang mengacu
kepada lembaga pendidikan yang hanya
mementingkan uang pendaftaran
dan uang gedung
saja, tetapi mengabaikan
kewajiban-kewajiban pendidikan. Hal tersebut tidak hanya terjadi di sekolah-sekolah tetapi
juga melanda di
univesitas. Betapa mahalnya
biaya untuk masuk masuk ke perguruan tinggi, apalagi jika perguruan
tinggi tersebut adalah perguruan tinggi
yang favorit. Hal
tersebut mungkin bukanlah
suatu masalah bagi para anak-anak pejabat atau pengusaha. Namun bagi
anak-anak yang mempunyai ekonomi
menengah ke bawah
hal tersebut seakan
tidak mungkin untuk bisa diraih. Salah satu contoh yang baru saja
terjadi yaitu tentang kuota penerimaan SNMPTN dan SBMPTN dimana Kuota seleksi Perguruan Tinggi Negeri (PTN)
kini dikurangi. Menteri Riset
mengemukakan jika kuota masuk PTN melalui jalur SNMPTN yang semula sekitar 50%
namun pada tahun ini akan di kurangi menjadi 40%. Berbeda dengan SBMPTN
kuotanya tidak di kurangi dan tidak ditambah yakni 30%. Namun untuk jalur
tingkat mandiri di tingkatkan menjadi 30% (Fitriana, 2016).
Kapitalisme
jelas terlihat dalam
kasus tersebut. Dimana
SNMPTN yang tidak dipungut biaya
sepeserpun diturunkan kuotanya. Lebih-lebih kuota yang seharusnya untuk
SNMPTN malah dialihkan
ditambahkan ke ujian
mandiri (UJM). Jelas Ujian
Mandiri membutuhkan biaya
yang tidak sedikit,
bahkan begitu mahal. Sehingga kesempatan anak-anak dengan ekonomi
menengah ke bawah untuk kuliah
di perguruan tinggi
favorit berkurang, karena
mahalnya biaya ujian mandiri (UJM).
Akhirnya hanya anak-anak orang kaya dan yang mampu membayar
dengan biaya sebesar
apapaun yang lebih
mempunyai kesempatan untuk masuk
ke perguruan tinggi
favorit tersebut. Hal
ini jelas menunjukkan maraknya
pasar bebas di dunia pendidikan.
Terjadinya kapitalisasi
pendidikan di Indonesia
dapat mempengaruhi generasi emas
yang dicanangkan oleh pemerintah. Generasi yaitu generasi yang kreatif, inovatif,
produktif, mampu berpikir orde tinggi, berkarakter, serta cinta dan bangga
menjadi bangsa Indonesia.
Dengan Generasi emas
itulah, kita bangun peradaban
Indonesia yang unggul,
menuju kejayaan Indonesia
2045. Generasi emas merupakan
generasi yang sangat
penting Karena merupakan generasi penerus bangsa yang pada
periode 2045 adalah sangat produktif, sangat berharga dan sangat bernilai,
sehingga perlu dikelola dan dimanfaatkan dengan baik agar berkualitas
menjadi insan yang berkarakter, insan yang cerdas, dan insan yang
kompetitif. Untuk mewujudkan Generasi
emas ditengah
perkemabangan zaman yang
semakin modern maka
perlu adanya untuk melakukan pemerataan pendidikan
khususnya pada masyarakat kalangan bawah dan anak jalanan.
menurut saya permaslahan yang paling penting dan harus di prioritaskan
adalah masalah pendidikan. karena
masalah pendidikan adalah masalah yang sangat penting yang harus di bahas. dan
salah satu tujuan bangsa Indonesia yang tertulis pada alenia ke empat UUD 1945
adalah mencerdaskan bangsa. namun masalah saat ini pada bidan pendidikan adalah
adanya kapita;isasi pendidikan. dimana tidak semua anak bangsa yang dapat
mersakan nikmatnya pendidikan karena terkendala oleh masalah finansial.
khususnya dikota-kota besar dengan biaya pendidkan yang cukup mahal sehingga
anak-anak yang tidak mampu dan berasal dari keluarga yang tidak mampu tidak
dapat bersekolah sehingga hanya bisa membantu orang tuanya untuk memulung.
Oleh
karena itu, sebagai
Agen Of
Change penulis menawarkan
sebuah solusi dari permasalahan
tersebut yaitu Sekolah Impian
Untuk Anak Jalan Sebagai
Solusi Mengatasi Kapitalisasi
Pendidikan Dalam Mewujudkan Generasi Emas
2045. Dengan adanya
Sekolah Impian tersebut,
maka dapat membantu pemeritah
untuk melakukan pemerataan pendidikan.Sekolah Impian tersebut diharapkan
dapat menjadi sebuah
wadah sekolah bagi
anak jalanan untuk memperoleh
ilmu pengetahuan dengan gratis tanpa dipungut biaya.
Sekolah
Impian adalah sekolah
yang diperuntukkan untuk
anak jalanan. Sekolah impina
adalah sekolah yang harus menyenangkan, agar membuat anak jalanan semakin
betah untuk belejar.
Sekolah Impian ,
Murid tidak dituntut untuk meraih nilai Ujian Nasional
yang tinggi tetapi lebih Mengakomodir dan memaksimalkan bakat dan potensi anak.
Sekolah Impian adalah Sekolah yang bebas
dari politisasi, Sekolah
yang bebas dari
korupsi, Keteladanan para stakeholder, Sekolah
berwawasan kebangsaan, Sekolah
yang mampu menanamkan karakter
dan budi pekerti untuk para
siswa-siswinya, Keuangan sekolah yang
akuntabel dan transparan, Sekolah yang memiliki kearifan lokal, Didukung oleh
masyarakat yang paham budi pekerti, Sekolah yang dipercaya oleh masyarakat, dan
Sekolah yang mampu berprestasi di bidang akademik dan non akademik.
Indonesia memiliki
banyak generasi muda
yang sangat berkompeten
dan dan juga memiliki wawasan
yang sangat luas. Oleh karena itu,
yang menjadi penggerak pada Sekolah Impian ini adalah Para generasi muda
yang memiliki jiwa sosial dan
kepedulian sosial yang
tinggi dan siap
berbagi ilmu pengetuannya kepada
anak jalanan. Selain
itu, pada Sekolah
Impian yang diajarkan bukan
hanya sebatas mata
pelajaran saja, tetapi,
anak-anak jalanan diajarkan untuk
mebuat keterampilan untuk menumbuhkan jiwa kreatifitas anak jalanan dengan
mengolah bahan bekas untuk menjadi sesuatu yang bermanfaat dan dapat dijual.
Sehingga anak-anak tidak lagi menjadi peminta-minta dijalan. Tetapi dapat
menjual hasil kreatifitasnya kepada
oraang-orang. Hail ini
jauh lebih bermanfaat dibandingkan dengan meminta-minta.
Sekolah
Impian juga lebih
menanamkan pendidikan karakter
dengan menerapkan kepada anak-anak
jalan khususnya di
Kota Makassar yakni menerapkan pendidikan karakter siri’
na Pacce. Agar, anak jalan dapat menjadi anak yang baik memiliki sopan santun,
dan dapat membedakan mana yang baik dan
mana yang tidak
baik. Siri’ dalam sistem
kepribadian adalah sebagai perwujudan konkret
di dalam akal
budi manusia yang
menjunjung tinggi kejujuran,
keseimbangan untuk menjaga harkat dan martabat manusia. Dalam masyarakat Bugis-Makassar mempertahankan harga
diri sebagai perwujudan
dari
konsep siri’ merupakan suatu
kewajiban setiap individu maupun kelompok, sebab kehilangan
harga diri bagi
masyarakat Bugis-Makassar identik
dengan kehilangan ruhnya sebagai
manusia. Manusia dalam
masyarakat Bugis- Makassar hanya
dapat dipandang sebagai manusia bila ia memiliki harga diri sebagai perwujudan
dari siri’. Tanpa siri’ manusia tidak ada bedanya dengan
binatang.
Pacce’/pesse’ secara harfiah berarti
perasaan pedih dan perih yang dirasakan meresap dalam
kalbu seseorang, karena
melihat penderitaan orang
lain. Pacce’/pesse’ berfungsi sebagai
alat penggalang persatuan,
solidaritas, kebersamaan,
kesetiaan, rasa kemanusiaan, dan
motivasi untuk berusaha, sekalipun dalam
keadaan yang sangat
pelik dan berbahaya.
Pacce’/pesse’ merupakan panggilan hati nurani untuk menyatakan sikap
kesetiakawanan sosial terhadap penegakan harkat
siri’ bersama. Pacce’/pesse’
mendorong dalam kenyataan adanya
perbuatan tolong menolong, adanya tuntut bela serta segala kenyataan lain
yang mirip pada
solidaritas yang mendapatkan
hidupnya dari konsep siri’.
Konsep pacce’/passe’ yang
diwujudkan sebagai rasa
solidaritas untuk membela, membantu sesama diungkapkan dalam bahasa
Makassar dengan ungkapan ”abbulo sibatang” atau dalam ungkapan Bugis “mali
siparappe, rebba sipatokkong,
malilu sipakainge”. Semangat
abbulo sibatang, mengandung makna rasa solidaritas yang
tinggi untuk saling membantu, dalam menghadapi setiap tantangan dan kesulitan.
Pendidikan merupakan
sektor sangat menentukan
kualitas suatu bangsa. Pemerataan pendidikan
sangat perlu dilakukan.
Tetapi saat ini
dizaman globalisasi, kini telah
terjadi Kapitaslisasi pendidikan.
Untuk mengatasi
permasalahan tersebut maka
perlu adanya sebuah
wadah untuk menampung anak-anak jalan
atau anak yang
putus sekolah. Maka
dari itu dengan
adanya Sekolah Impian untuk anak jalanan dapat mebantu pemerintah untuk
melakukan pemerataan pendidikan. Dengan adanya Sekolah Impian tersebut anak
jalanan dapat merasakan indahnya bersekolah tanpa harus membayar biaya
pendidikan.
DAFTAR
PUSTAKA
Fitiriana, 2016. Lawan
Kapitalisasi dan Komersialisasi Pendidikan. (Online).
http://www.pontianakpost.co.id. Diakses pada tanggal 10 Februari 2018, pukul
23.45 Wita.
Mi, 2017. Hentikan
Kapitalisasi Pendidikan. (Online). http://mediaindonesia.com. Diakses pada
tanggal 10 Februari 2018, pukul 24.45 Wita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar