DAKWAH SEBAGAI KATALISATOR PATOLOGI SOSIAL - GORESAN PENA REZKY

sang pemimpi

Home Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

10 November, 2018

DAKWAH SEBAGAI KATALISATOR PATOLOGI SOSIAL


DAKWAH SEBAGAI KATALISATOR PATOLOGI SOSIAL

Berbicara tentang dakwah adalah merupakan sesuatu hal yang sangat esensial dalam ajaran agama Islam sebab dengan berdakwahlah ajaran agama Islam dapat disampaikan kepada seluruh lapisan ummat manusia baik yang sudah memeluk agama Islam maupun yang belum memeluk agama Islam. Oleh karena itulah maka berdakwah atau kegiatan mengajak ummat manusia masuk ke dalam jalan Allah dalam seluruh aktifitas hidup dan kehidupan sudah menjadi tugas setiap ummat Muslim, sebab ummat Muslim dilahirkan sebagai ummat terbaik bagi manusia, seperti firman Allah dalam Al-Qur’an, “Kamu adalah ummat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar” (Q.S. Ali Imran : 110). Tugas dan kewajiban berdakwah tersebut tentu saja dilakukan sesuai dengan cara dan kemampuan masing-masing individu Muslim. 
Sebelum melangkah lebih jauh kita harus paham dan dapat mendifinisikan apa sebenarnya arti kata “katalisator”. Katalisator berasal dari kata katalis yang artinya seseorang atau sesuatu yang menyebabkan terjadinya perubahan dan menimbulkan kejadian baru atau mempercepat suatu peristiwa akan tetapi ia sendiri (katalis) tidak mengalami perubahan kimiawi secara  permanen. Selain itu. Katalisator juga memiliki arti saringan.
Patologi sosial adalah ilmu tentang gejala-gejala sosial yang dianggap sakit. Disebabkan oleh faktor-faktor sosial. Berasal dari kata Phatos (Yunani) : penderitaan, penyakit. Secara Definisi berarti : Semua tingkah laku yang bertentangan dengan norma kebaikan, stabilitas lokal. Pola kesederhanaan, moral, hak milik, solidariatas kekeluargaan, hidup rukun bertetangga, disiplin, kebaikan dan hukum formal. Patologi sosial merupakan suatu gejala dimana tidak ada persesuaian antara berbagai unsur dari suatu keseluruhan, sehingga dapat membahayakan kehidupan kelompok, atau yang sangat merintangi pemuasan keinginan fundamental dari anggota-anggotanya, akibatnya pengikatan sosial patah sama sekali.
Dakwah sebagai katalisator patologi sosial maksudnya adalah dakwah dapat digunakan sebagai saringan dalam terjadinya patologi sosial atau gejala-gejala sosial yang ada dimasyarakat. Dilihat dari fungsi dakwah sebagai agen of change dalam kehidupan sosial, dakwah mempunyai peran yang sangat penting dalam melakukan perubahan dari penyimpangan nilai-nilai kemanusian dan norma agama menuju perbaikan dan fitrah yang suci. Sebenarnya, apabila dikaji lebih teliti sejarah perjuangan Rasulullah sebagai pembawa Risalah, hasil kajian itu akan dapat memperlihatkan bahwa betapa dinamikanya dakwah dalam menghadapi setiap persolan kehidupan. Dinamika yang dimaksudkan di sini adalah bahwa dakwah itu tidak bersifat kaku, tetapi mengalami perkembangan sesuai dengan dinamika yang ada dalam masyarakat. Manusia dengan keragaman  jenis, warna, zaman dan kekuatan serta kelemahan mereka, semuanya sangat membutuhkan dakwah dan sangat membutuhkan agama Allah yang lurus yang dapat mengatur kehidupan mereka. kenyataan bahwa fitrah manusia terkadang menyimpang dari manhaj yang lurus karena faktor-faktor tertentu yang menyebabkan Allah untuk memerintahkan dakwah  agar mengembalikan manusia kepada fitrah yang suci.
Peranan dakwah dalam melakukan perubahan ini telah termaktub jelas dalam sejarah dakwah Islam pada aspek perubahan-perubahan sosial yang melatarbelakangi turunnya ayat al-Qur’an dan wurudnya hadits nabi SAW.
Sosiolog mendefinisikan patologi sosial sebagai semua tingkah laku yang bertentangan dengan norma kebaikan, stabilitas lokal, pola kesederhanaan, moral, hak milik, solidaritas, kekeluargaan, hidup rukun bertetangga, disiplin, kebaikan dan hukum formal.Kemajuan sains dan teknologi, mekanisasi, industrialisasi dan urbanisasi telah memunculkan banyak masalah sosial pada mayarakat modern. Gejala-gejala seperti kebimbangan, kebingungan, kecemasan, dan konflik-konflik baik eksternal maupun internal semakin nampak menjadi pemandangan keseharian. Dampak dari kondisi tersebut memunculkan stimuli orang untuk melakukan tingkah laku menyimpang dari norma-norma umum.
Gejala-gejala psikis pada manusia dibagi menjadi dua, yakni subjektif dan objektif. Subjektif bisa diartikan sebagai dialami sendiri. Contohnya, pengalaman seseorang penderita gangguan/penyakit jiwa yang disampaikan kepada kita, disebut subjektif. Sedangkan objektif adalah sesuatu yang berlangsung dan membuahkan sesuatu atau serentetan “akibat”. Sungguh, betul, dapat dijelaskan atau diterangkan, dan bisa dikontrol kebenarannya karena ada bukti-bukti nyata. Jadi, penyakit sosial yang menyerang salah satu manusia atau sekelompok manusia dapat bersifat subjektif dan objektif. Dan secara umum patologi sosial dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari penyimpangan-penyimpngan pada masyarakat. Penyakit masyarakat tersebut seperti korupsi, pornografi dan pornoaksi, perjudian, kriminalitas, pelacuran, gangguan mental, kenakalan remaja, gangguan kejiwaan, dan lain-lain. Maka dari itu, dengan adanya dakwa sebagai katalisator maka penyakit-penyakit sosial dapat diatasi dengan baik. Sehingga ummat manusia dapat terhidar dari masalah-masalah sosial yang ada di masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages