Perempuan yang Melawan - GORESAN PENA REZKY

sang pemimpi

Home Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

08 April, 2020

Perempuan yang Melawan



Tulisan ini terinspirasi dari buku Pejalan Anarki karya Jazula Imam.
Terinspirasi dari sepasang yang melawan.
Terinspirasi dari sosok perempuan yang melawan “Sekar Indurasmi”.


Perempuan yang Melawan






Berbicara masalah perempuan yang tertanam dibenak orang-orang adalah perempuan makhluk yang lemah, cengeng, tempatnya hanya berada di dapur, di sumur, bahkan di kasur. Perempuan itu baperan pendapatnya tidak terlalu didengar. Namun, menurutku ini adalah paradigma yang salah, sebab perempuan adalah makhluk yang disebut dengan manusia juga sama halnya dengan lelaki. Pada dasarnya kita sama, laki-laki dan perempuan itu sama. Sama-sama menjadi seorang hamba, sama-sama manusia, bedanya hanya terletak pada fisik dan kuadratnya saja. Sebagaimana perempuan yang memiliki kuadrat mengandung, melahirkan dan menyusui. Sebagian besar orang-orang selalu menempatkan perempuan pada urutan kedua dan menepatkan perempuan hanya pada wilayah domestik saja. Sejatinya perempuan juga bisa tampil pada rana publik. Menurutku perempuan itu kuat. Kenapa? Yah... karena dia mampu bekerja dalam dua tempat yaitu pada wilayah pablik dan domestik.
Mari kita ubah perspetiktif masyarakat yang mengatakan “perempuan tempatnya hanya berada di dapur, di sumur, bahkan di kasur. Kalaupun sosok yang bernama perempuan berpendidikan tinggi tempatnya tetap di saja didapur”. Yah... begitulah kata sebagian orang. Maka dari itu kita sebagai perempuan saya ataupun kau, kamu, anjeun, iko, koe, sampean, been, ngana, atau apalah bahasa “kamu” menurut bahasa daerahmu masing-masing. Sudah saatnya kita ubah pelabelan itu. Dan itu semua dimulai dari pribadi masing-masing.
Tulisan ini tidak bermaksud bahwa saya merendahkan derajat laki-laki dan meninggikan derajat perempuan. Tidak yah... seperti yang saya katakan diawal perempuan dan laki-laki itu sama-sama makhluknya Allah, sama-sama seorang hamba dan juga sama-sama manusia yang bedakan kita itu “Kuodratnya” kita saja. “ Hai manusia, sungguh kami telah menciptakan kamu dari seorang laki- laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh yang mulia di antara kamu di sisi Allah, ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh Allah maha mengetahui, maha teliti. (QS : Al Hujarat, ayat 13). Dalam ayat di atas menjelaskan posisi dari wanita muslimah  dan laki-laki muslim sebagai berikut: bahwa Posisi wanita dalam Islam adalah pendamping laki-laki. Kuodrat wanita dalam Islam bukan bawahan atau pun atasan yang bisa diperlakukan sekehendak hati atau dituruti layaknya boss. Namun wanita adalah teman hidup yang sejajar.  Pada akir ayat Allah menegaskan bahwa orang yang mulia di sisi Allah, tergantung dari tingkatan iman dalam Islam atau ketaqwaannya pada Allah.
Kembali kepembahasan awal “Perempuan yang Melawan” maksudnya disini adalah sebagai perempuan kita tidak boleh lemah. Tempat kita bukan hanya di dapur, di sumur, bahkan di kasur. Tetapi kita juga memiliki kesempatan untuk meraih mimpi, memiliki cita-cita, berpendidikan tinggi ataupun menjadi wanita karir. Namun ada yang perlu kita ingat setinggi apupun pendidikan kita, atau sesukses apapun karir kita sebagai perempuan kita tetaplah seorang anak, istri, menantu, dan seorang ibu yang tentunya memiliki tugas dan kewajiban yang mesti kita tunaikan. Berpendidikan tinggi dan menjadi wanita karir tidaklah membuat kita menjadi seorang yang sombong, angkuh, dan lupa. Tetapi dengan memiliki pendidikan tinggi ataupun memliki karir yang sukses bisa membuat kita menjadi perempuan yang “tidak biasa-biasa saja”. Sebagaimana kata Dian Sastrowardoyo “entah berkarir atau menjadi ibu rumah tangga sosok perempuan haruslah berpendidikan tinggi karena ia akan menjadi Ibu” yah begitulah kira-kira katanya.
Perempuan adalah sosok madrasah pertama, sekolah pertama, guru pertama, yang akan mengajari anak-anaknya. Maka dari itu kita wajiblah berilmu dan belajar. Sebab menjadi orang berilmu dan belajar tidak mesti di bangku sekolah, bangku perkuliahan. Karena belajar dan mencari ilmu itu tidak ada batasnya. Dan menjadi istri, ibu, anak yang baik itu tidak ada sekolahnya yah... jadi kita harus belajar sendiri dengan cara banyak membaca, ikut kajian, seminar, ataupun workshop. “Perempuan yang Melawan” entah kenapa saya sangat tertarik dengan kata itu. Yang membuka pola pikiran saya bahwa apapun yang kita inginkan selama itu baik tetaplah harus di perjuangkan. Eits... tetapi ingatyah kita punya etika, kita adab. Jadi melawanlah dengan cara yang beretika dan beradab.
Terinsipirasi dari kata “Perempuan yang Melawan” ada banyak kisah juga yang mungkin belum kita ketahui tentang sahabat-sahabat Rasulullah tersebut seperti kisah para wanita tangguh di masa Rasulullah yang juga tak kalah heroik dengan sahabat-sahabat Rasulullah yang lainnya, yang menurutku mereka adalah “Perempuan yang Melawan”.

Nusaibah binti Ka’ab, Si Perisai Rasulullah

Ummu Imarah adalah panggilan yang ditujukan untuk Nusaibah binti Ka’ab, ia adalah seorang sahabat Rasulullah dari kalangan wanita yang telah mengukirkan banyak jasa untuk dakwah Islam. Nusaibah binti Ka’ab yang menurutku adalah sosok “Perempuan yang Melawan”. Nusaibah binti Ka’ab adalah wanita yang tangguh lagi pemberani, ia adalah lambang keberanian yang abadi. Kisahnya yang paling dikenal adalah ketika umat Islam berperang melawan orang-orang kafir dalam perang Uhud. Pada saat itu Rasulullah tengah berdiri di puncak Uhud dan pada saat itu pula para pasukan musuh tengah mendekat ke arah Rasulullah untuk menyerang beliau. Nusaibah binti Ka’ab yang melihat hal itu lalu mencoba melindungi Rasulullah dengan mengibas-ngibaskan pedangnya untuk menghalau anak panah yang mengarah kepada Rasulullah.
Ia berperang dengan sungguh-sungguh dan penuh keberanian, bahkan demi melindungi Rasulullah ia tidak memperdulikan keselamatan dirinya sendiri. Meskipun pada saat itu ia menderita luka-luka di tubuhnya, namun ia tetap berusaha melindungi Rasulullah SAW. Ketika melihat Nusaibah binti Ka’ab terluka, beliau kemudian bersabda, “Wahai Abdullah (putra Nusaibah), balutlah luka ibumu! Ya Allah, jadikanlah Nusaibah dan anaknya sebagai sahabatku di dalam surga.” Mendengar do’a dari Rasulullah, semangatnya justru menjadi semakin bergejolak dan tidak lagi memperdulikan rasa sakit ditubuhnya akibat luka tersebut dan terus berperang untuk membela agama Allah dan Rasul-Nya, Nusaibah berkata, “Aku telah meninggalkan urusan duniawi”. Nusaibah pun mengisahkan perjuangannya dalam pertempuran Uhud, “…saya pergi ke Uhud dan melihat apa yang dilakukan orang. Pada waktu itu saya membawa tempat air. Kemudian saya sampai kepada Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam yang berada di tengah-tengah para sahabat. Ketika kaum muslimin mengalami kekalahan, saya melindungi Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam, kemudian ikut serta di dalam medan pertempuran. Saya berusaha melindungi Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam dengan pedang, saya juga menggunakan panah sehingga akhirnya saya terluka.”
Nusaibah adalah juga merupakan wanita yang sabar, ia selalu mementingkan kepentingan orang lain. Contoh dari kesabarannya adalah ketika ia menerima kabar bahwa salah seorang putranya syahid, ia tidak bersedih tapi justru ia malah bangga karena ia yakin bahwa Allah akan memuliakan anaknya di akhirat kelak. Selain Perang Uhud, Nusaibah bersama suami dan putra-putranya juga ikut dalam peristiwa Hudaibiyah, Perang Khaibar, Perang Hunain dan Perang Yamamah. Dalam berbagai pertempuran itu, Nusaibah tidak hanya membantu mengurus logistik dan merawat orang-orang yang terluka, tapi juga memanggul senjata menyambut serangan musuh. Nusaibah meninggal dunia beberapa tahun setelah perang Yamamah.

Khaulah binti Azur, Pedang Allah dari Kalangan Wanita

Kita tahu bahwa julukan “Pedang Allah” adalah julukan untuk Khalid bin Walid, namun Khaulah binti Azur juga memiliki julukan yang sama yakni “Pedang Allah” dari kalangan wanita. Khaulah binti Azur juga adalah sosok wanita tangguh “Perempuan yang Melawan”. Ia adalah salah satu sosok wanita tangguh dan pemberani, jiwa dan raganya ia korbankan untuk membela Islam. Pada saat kaum muslimin berhadapan dengan para pasukan Romawi, ia pada mulanya hanyalah sebagai petugas medis dan pemasok logistik bagi para mujahidi-mujahidin lainnya.
Namun, semangat jihadnya tiba-tiba muncul setelah ia mendengar bahwa kakaknya yang bernama Dhirara bin Azur telah ditawan oleh pasukan Romawi. Dengan penuh semangat, ia kemudian mengambil senjata dan menunggangi kuda untuk ikut berperang melawan pasukan Romawi. Pada saat itu, pasukan kaum muslimin yang dipimpin oleh Khalid bin Walid tengah dalam keadaan terdesak. Namun kemudian datanglah seseorang yang dengan gagah perkasa menunggangi kuda dan menyergap pasukan-pasukan musuh dan membunuh mereka. Pasukan kaum muslimin pun dibuat tercengang dan penasaran. Kemudian panglima Khalid bin Walid mendekati orang misterius itu dan berkata, “Demi Allah yang telah melindungi seorang pejuang yang berani membela agama-Nya dan menentang kaum musyrik. Tolong buka wajahmu.” namun karena masih banyak musuh yang harus dihadapi, Khaulah tidak menjawab pertanyaan Khalid.
Kemudian Khalid bin Walid kembali bertanya kepadanya, dan Khaulah pun memberitahukan bahwa dirinya adalah Khaulah bin Azur. Mendengar bahwa pejuang yang gagah berani itu adalah seorang wanita sontak para mujahidin kembali terbakar semangatnya untuk berperang melawan musuh-musuh Allah. Dengan hadirnya Khaulah bin Azur ini, akhirnya kaum muslimin mampu mengalahkan pasukan Romawi. Namun, nasib kakaknya belum jelas hingga pada akhirnya setelah Romawi mengajak damai. Dhirara ditawan di Homs karena telah membunuh anak raja dan banyak tentara Romawi. Ia kemudian ikut kembali ke medan perang untuk menyelamatkan kakaknya yang ditawan itu, hingga pada akhirnya berkat pertolongan Allah SWT kakaknya berhasil diselamatkan.
Keberanian Khaulah juga diuji ketika ia dan kawan-kawan muslimahnya menjadi tawanan pada saat perang Sahura, mereka ditangkap oleh para tentara Romawi dan dijadikan sebagai tawanan. Kemudian ia memotivasi para kawannya agar mereka bisa membebaskan diri dari kurungan tentara Romawi dia berkata kepada teman-temannya, “Kalian yang berjuang di jalan Allah, apakah kalian mau menjadi tukang pijit orang-orang Romawi? Mau menjadi budak orang-orang kafir? Dimana harga diri kalian sebagai pejuang yang ingin mendapatkan surga Allah? Dimana kehormatan kalian sebagai Muslimah? Lebih baik kita mati daripada menjadi budak orang-orang Romawi!”. Berkat dorongan motivasi dari Khaulah, akhirnya para tawanan tersebut mampu melawan dan bahkan dikisahkan mereka dapat terbebas dari tawan tentara Romawi.


Nah Itulah kisah wanita-wanita tangguh di zaman Rasulullah yang mungkin bisa menjadi inspirasi untuk kita semua. Yah meraka adalah “Perempuan yang Melawan”. Banyak pelajaran yang bisa diambil dan dicontoh kemudian dimanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari kita. Jadi, sebelum “Sekar Indurasmi Sosok Perempuan yang Melawan” ketika kita melihat jauh ke zaman Rasulullah ternyata sudah ada yang lebih duluh menjadi “Perempuan yang Melawan”.
"Hidup adalah perjalanan yang tidak menawarkan pilihan lain selain dijalani. Jalani hidupmu dengan versimu sendiri. Tak perlu menjadi orang lain, hanya saja kita perlu mengambil contoh dari kisah-kisah tersebut. Agar membuka wawasan kita bahwa sosok yang bernama perempuan bukanlah orang yang lemah, cengengisme, baperan, dan rapuh. Kita harus ubah pelabelan itu. Dengan menjadi wanita tangguh nan kuat. Jadi, jadilah dirimu sendiri, versimu sendiri, dan jadilah “Perempuan yang Melawan”.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages