Tulisan
ini terinspirasi dari buku Pejalan Anarki karya Jazula Imam.
Terinspirasi
dari sepasang yang melawan.
Terinspirasi
dari sosok perempuan yang melawan “Sekar Indurasmi”.
Perempuan
yang Melawan
Berbicara masalah
perempuan yang tertanam dibenak orang-orang adalah perempuan makhluk yang
lemah, cengeng, tempatnya hanya berada di dapur, di sumur, bahkan di kasur. Perempuan
itu baperan pendapatnya tidak terlalu didengar. Namun, menurutku ini adalah
paradigma yang salah, sebab perempuan adalah makhluk yang disebut dengan
manusia juga sama halnya dengan lelaki. Pada dasarnya kita sama, laki-laki dan
perempuan itu sama. Sama-sama menjadi seorang hamba, sama-sama manusia, bedanya
hanya terletak pada fisik dan kuadratnya saja. Sebagaimana perempuan yang
memiliki kuadrat mengandung, melahirkan dan menyusui. Sebagian besar
orang-orang selalu menempatkan perempuan pada urutan kedua dan menepatkan
perempuan hanya pada wilayah domestik saja. Sejatinya perempuan juga bisa
tampil pada rana publik. Menurutku perempuan itu kuat. Kenapa? Yah... karena
dia mampu bekerja dalam dua tempat yaitu pada wilayah pablik dan domestik.
Mari kita ubah perspetiktif
masyarakat yang mengatakan “perempuan tempatnya hanya berada di dapur, di
sumur, bahkan di kasur. Kalaupun sosok yang bernama perempuan berpendidikan
tinggi tempatnya tetap di saja didapur”. Yah... begitulah kata sebagian orang. Maka
dari itu kita sebagai perempuan saya ataupun kau, kamu, anjeun, iko, koe,
sampean, been, ngana, atau apalah bahasa “kamu” menurut bahasa daerahmu
masing-masing. Sudah saatnya kita ubah pelabelan itu. Dan itu semua dimulai
dari pribadi masing-masing.
Tulisan ini tidak
bermaksud bahwa saya merendahkan derajat laki-laki dan meninggikan derajat
perempuan. Tidak yah... seperti yang saya katakan diawal perempuan dan
laki-laki itu sama-sama makhluknya Allah, sama-sama seorang hamba dan juga
sama-sama manusia yang bedakan kita itu “Kuodratnya” kita saja. “ Hai manusia,
sungguh kami telah menciptakan kamu dari seorang laki- laki dan seorang
perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar
kamu saling mengenal. Sungguh yang mulia di antara kamu di sisi Allah, ialah
orang yang paling bertaqwa. Sungguh Allah maha mengetahui, maha teliti. (QS
: Al Hujarat, ayat 13). Dalam ayat di atas menjelaskan posisi dari wanita muslimah dan laki-laki muslim
sebagai berikut: bahwa Posisi wanita dalam Islam adalah pendamping laki-laki. Kuodrat wanita dalam Islam bukan bawahan atau pun
atasan yang bisa diperlakukan sekehendak hati atau dituruti layaknya boss.
Namun wanita adalah teman hidup yang sejajar. Pada akir ayat Allah
menegaskan bahwa orang yang mulia di sisi Allah, tergantung dari tingkatan iman dalam Islam atau ketaqwaannya pada Allah.
Kembali kepembahasan
awal “Perempuan yang Melawan” maksudnya disini adalah sebagai perempuan kita
tidak boleh lemah. Tempat kita bukan hanya di dapur, di sumur, bahkan di kasur.
Tetapi kita juga memiliki kesempatan untuk meraih mimpi, memiliki cita-cita,
berpendidikan tinggi ataupun menjadi wanita karir. Namun ada yang perlu kita
ingat setinggi apupun pendidikan kita, atau sesukses apapun karir kita sebagai
perempuan kita tetaplah seorang anak, istri, menantu, dan seorang ibu yang
tentunya memiliki tugas dan kewajiban yang mesti kita tunaikan. Berpendidikan tinggi
dan menjadi wanita karir tidaklah membuat kita menjadi seorang yang sombong,
angkuh, dan lupa. Tetapi dengan memiliki pendidikan tinggi ataupun memliki
karir yang sukses bisa membuat kita menjadi perempuan yang “tidak biasa-biasa
saja”. Sebagaimana kata Dian Sastrowardoyo “entah berkarir atau menjadi ibu
rumah tangga sosok perempuan haruslah berpendidikan tinggi karena ia akan
menjadi Ibu” yah begitulah kira-kira katanya.
Perempuan adalah sosok
madrasah pertama, sekolah pertama, guru pertama, yang akan mengajari
anak-anaknya. Maka dari itu kita wajiblah berilmu dan belajar. Sebab menjadi
orang berilmu dan belajar tidak mesti di bangku sekolah, bangku perkuliahan. Karena
belajar dan mencari ilmu itu tidak ada batasnya. Dan menjadi istri, ibu, anak
yang baik itu tidak ada sekolahnya yah... jadi kita harus belajar sendiri
dengan cara banyak membaca, ikut kajian, seminar, ataupun workshop. “Perempuan
yang Melawan” entah kenapa saya sangat tertarik dengan kata itu. Yang membuka
pola pikiran saya bahwa apapun yang kita inginkan selama itu baik tetaplah
harus di perjuangkan. Eits... tetapi ingatyah kita punya etika, kita adab. Jadi
melawanlah dengan cara yang beretika dan beradab.
Terinsipirasi dari kata
“Perempuan yang Melawan” ada banyak kisah juga yang mungkin belum kita ketahui
tentang sahabat-sahabat Rasulullah tersebut seperti kisah para wanita tangguh
di masa Rasulullah yang juga tak kalah heroik dengan sahabat-sahabat Rasulullah
yang lainnya, yang menurutku mereka adalah “Perempuan yang Melawan”.
Nusaibah binti Ka’ab,
Si Perisai Rasulullah
Ummu Imarah adalah
panggilan yang ditujukan untuk Nusaibah binti Ka’ab, ia adalah seorang sahabat
Rasulullah dari kalangan wanita yang telah mengukirkan banyak jasa untuk dakwah
Islam. Nusaibah binti Ka’ab yang menurutku adalah sosok “Perempuan yang Melawan”.
Nusaibah binti Ka’ab adalah wanita yang tangguh lagi pemberani, ia adalah
lambang keberanian yang abadi. Kisahnya yang paling dikenal adalah ketika umat
Islam berperang melawan orang-orang kafir dalam perang Uhud. Pada saat itu
Rasulullah tengah berdiri di puncak Uhud dan pada saat itu pula para pasukan
musuh tengah mendekat ke arah Rasulullah untuk menyerang beliau. Nusaibah binti
Ka’ab yang melihat hal itu lalu mencoba melindungi Rasulullah dengan
mengibas-ngibaskan pedangnya untuk menghalau anak panah yang mengarah kepada
Rasulullah.
Ia berperang dengan
sungguh-sungguh dan penuh keberanian, bahkan demi melindungi Rasulullah ia
tidak memperdulikan keselamatan dirinya sendiri. Meskipun pada saat itu ia
menderita luka-luka di tubuhnya, namun ia tetap berusaha melindungi Rasulullah
SAW. Ketika melihat Nusaibah binti Ka’ab terluka, beliau kemudian bersabda, “Wahai
Abdullah (putra Nusaibah), balutlah luka ibumu! Ya Allah, jadikanlah Nusaibah
dan anaknya sebagai sahabatku di dalam surga.” Mendengar do’a dari Rasulullah,
semangatnya justru menjadi semakin bergejolak dan tidak lagi memperdulikan rasa
sakit ditubuhnya akibat luka tersebut dan terus berperang untuk membela agama
Allah dan Rasul-Nya, Nusaibah berkata, “Aku telah meninggalkan urusan duniawi”.
Nusaibah pun mengisahkan perjuangannya dalam pertempuran Uhud, “…saya pergi ke
Uhud dan melihat apa yang dilakukan orang. Pada waktu itu saya membawa tempat
air. Kemudian saya sampai kepada Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam yang
berada di tengah-tengah para sahabat. Ketika kaum muslimin mengalami kekalahan,
saya melindungi Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam, kemudian ikut serta di
dalam medan pertempuran. Saya berusaha melindungi Rasulullah Shallallahu alaihi
Wassalam dengan pedang, saya juga menggunakan panah sehingga akhirnya saya
terluka.”
Nusaibah adalah juga
merupakan wanita yang sabar, ia selalu mementingkan kepentingan orang lain.
Contoh dari kesabarannya adalah ketika ia menerima kabar bahwa salah seorang
putranya syahid, ia tidak bersedih tapi justru ia malah bangga karena ia yakin
bahwa Allah akan memuliakan anaknya di akhirat kelak. Selain Perang Uhud,
Nusaibah bersama suami dan putra-putranya juga ikut dalam peristiwa Hudaibiyah,
Perang Khaibar, Perang Hunain dan Perang Yamamah. Dalam berbagai pertempuran
itu, Nusaibah tidak hanya membantu mengurus logistik dan merawat orang-orang
yang terluka, tapi juga memanggul senjata menyambut serangan musuh. Nusaibah
meninggal dunia beberapa tahun setelah perang Yamamah.
Khaulah binti Azur,
Pedang Allah dari Kalangan Wanita
Kita tahu bahwa julukan
“Pedang Allah” adalah julukan untuk Khalid bin Walid, namun Khaulah binti Azur
juga memiliki julukan yang sama yakni “Pedang Allah” dari kalangan wanita. Khaulah
binti Azur juga adalah sosok wanita tangguh “Perempuan yang Melawan”. Ia adalah
salah satu sosok wanita tangguh dan pemberani, jiwa dan raganya ia korbankan
untuk membela Islam. Pada saat kaum muslimin berhadapan dengan para pasukan
Romawi, ia pada mulanya hanyalah sebagai petugas medis dan pemasok logistik
bagi para mujahidi-mujahidin lainnya.
Namun, semangat
jihadnya tiba-tiba muncul setelah ia mendengar bahwa kakaknya yang bernama
Dhirara bin Azur telah ditawan oleh pasukan Romawi. Dengan penuh semangat, ia
kemudian mengambil senjata dan menunggangi kuda untuk ikut berperang melawan
pasukan Romawi. Pada saat itu, pasukan kaum muslimin yang dipimpin oleh Khalid
bin Walid tengah dalam keadaan terdesak. Namun kemudian datanglah seseorang
yang dengan gagah perkasa menunggangi kuda dan menyergap pasukan-pasukan musuh
dan membunuh mereka. Pasukan kaum muslimin pun dibuat tercengang dan penasaran.
Kemudian panglima Khalid bin Walid mendekati orang misterius itu dan berkata,
“Demi Allah yang telah melindungi seorang pejuang yang berani membela agama-Nya
dan menentang kaum musyrik. Tolong buka wajahmu.” namun karena masih banyak
musuh yang harus dihadapi, Khaulah tidak menjawab pertanyaan Khalid.
Kemudian Khalid bin
Walid kembali bertanya kepadanya, dan Khaulah pun memberitahukan bahwa dirinya
adalah Khaulah bin Azur. Mendengar bahwa pejuang yang gagah berani itu adalah
seorang wanita sontak para mujahidin kembali terbakar semangatnya untuk
berperang melawan musuh-musuh Allah. Dengan hadirnya Khaulah bin Azur ini,
akhirnya kaum muslimin mampu mengalahkan pasukan Romawi. Namun, nasib kakaknya
belum jelas hingga pada akhirnya setelah Romawi mengajak damai. Dhirara ditawan
di Homs karena telah membunuh anak raja dan banyak tentara Romawi. Ia kemudian
ikut kembali ke medan perang untuk menyelamatkan kakaknya yang ditawan itu,
hingga pada akhirnya berkat pertolongan Allah SWT kakaknya berhasil
diselamatkan.
Keberanian Khaulah juga
diuji ketika ia dan kawan-kawan muslimahnya menjadi tawanan pada saat perang
Sahura, mereka ditangkap oleh para tentara Romawi dan dijadikan sebagai
tawanan. Kemudian ia memotivasi para kawannya agar mereka bisa membebaskan diri
dari kurungan tentara Romawi dia berkata kepada teman-temannya, “Kalian yang
berjuang di jalan Allah, apakah kalian mau menjadi tukang pijit orang-orang
Romawi? Mau menjadi budak orang-orang kafir? Dimana harga diri kalian sebagai
pejuang yang ingin mendapatkan surga Allah? Dimana kehormatan kalian sebagai
Muslimah? Lebih baik kita mati daripada menjadi budak orang-orang Romawi!”. Berkat
dorongan motivasi dari Khaulah, akhirnya para tawanan tersebut mampu melawan
dan bahkan dikisahkan mereka dapat terbebas dari tawan tentara Romawi.
Nah Itulah kisah
wanita-wanita tangguh di zaman Rasulullah yang mungkin bisa menjadi inspirasi
untuk kita semua. Yah meraka adalah “Perempuan yang Melawan”. Banyak pelajaran
yang bisa diambil dan dicontoh kemudian dimanifestasikan dalam kehidupan
sehari-hari kita. Jadi, sebelum “Sekar Indurasmi Sosok Perempuan yang Melawan” ketika
kita melihat jauh ke zaman Rasulullah ternyata sudah ada yang lebih duluh
menjadi “Perempuan yang Melawan”.
"Hidup adalah
perjalanan yang tidak menawarkan pilihan lain selain dijalani. Jalani hidupmu dengan
versimu sendiri. Tak perlu menjadi orang lain, hanya saja kita perlu mengambil
contoh dari kisah-kisah tersebut. Agar membuka wawasan kita bahwa sosok yang
bernama perempuan bukanlah orang yang lemah, cengengisme, baperan, dan rapuh. Kita
harus ubah pelabelan itu. Dengan menjadi wanita tangguh nan kuat. Jadi, jadilah
dirimu sendiri, versimu sendiri, dan jadilah “Perempuan yang Melawan”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar